PETA LOKASI
Kepulauan Buton berlokasi
di bagian timur Indonesia, tepatnya di pantai timur Sulawesi Tenggara.
Stratigrafi dan struktur kepulauan
dibedakan dari Sulawesi Tenggara dan Kepulauan Muna. Tetapi terdapat
kesamaan antara Buton dan kepulauan di sebelahnya pada Busur Banda, terutama Timor, Seram, dan
Pulau Buru.
Secara Administratif
Kabupaten Buton terletak di posisi 4.30º - 7.0º LS dan 125º - 125º BT. Cekungan
Buton memiliki batas-batas sebagai berikut :
§ Sebelah Utara : Pulau
Wawoni
§ Sebelah Selatan : Laut Flores
§ Sebelah Barat : Kepulauan
Muna dan Teluk Bone
§ Sebelah Timur : Laut Banda
§ Sebelah Tenggara : Platform Tukangbesi
![]() |
Gambar 1. Peta Lokasi Buton |
![]() |
Gambar 2. Posisi Geografis Pulau Buton |
FISIOGRAFI REGIONAL
Berdasarkan geomorfologinya fisiografi daerah Buton dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu :
1.
Bagian Selatan terdiri atas perbukitan dan
lembah berarah timur laut dengan teras-teras reef yang terangkat dan topografi karst.
2.
Bagian Tengah didominasi oleh pegunungan yang
berarah utara sepanjang pantai barat, batuan sedimennya berarah timur laut.
3.
Bagian Utara didominasi oleh pegunungan di
tepi pantai yang memiliki bentuk menyerupai tapal kuda, pola pengalirannya
berarah ke selatan menuju rawa mangrove pada cekungan lambele. Secara umum
pegunungan-pegunungan yang ada berarah barat laut-tenggara yang memiliki relief
rendah disertai dengan koral reef yang
terangkat.
SITUASI CEKUNGAN

TEKTONIK REGIONAL
Buton dipercaya terdiri atas 2
fragmen mikro kontinen yang berbeda dan terpisah. Satu berada pada bagian timur
Pulau Buton dan Tukang Besi sedangkan yang satunya lagi berada pada bagian
barat dari Pulau Buton dan Pulau Muna (Hamilton, 1979). Berdasarkan data
geologi dan data geofisika baru-baru ini menunjukan bahwa Buton terdiri atas 3
fragmen mikro kontinen berbeda yang
memiliki hubungan juxtapose dengan
daerah Buton, Pulau Buton, Muna/ SE Sulawesi, dan Tukang Besi. Stratigrafi
pulau ini mengindikasikan bahwa setiap fragmen mikro kontinen memiliki posisi
paleogeografi yang berbeda ketika Mesozoik dan Paleogen (De Smet, 1991).
Seperti kebanyakan pulau-pulau Banda Arc,
Buton dianggap sebagai fragmen yang lepas dari kontinen Australia-New
Guinea, terutama berdasarkan korelasi kesamaan fosil-fosil berumur Mesozoik,
stratigrafi pre-rift, dan ketika rift. Banyak kesamaan pada sejarah
tektonik dan stratigrafi mendukung kesamaan dari pembentukan Buru, Seram,
Banggai-Sula, dan Timor (Audley-Charles et al., 1972; Price, 1976; Hamilton,
1979; Pilgram dan Panggabean, 1984; Gerrard et al., 1988; Katili, 1989; De Smet
et al., 1991).
Sejarah tektonik dan stratigrafi dari kebanyakan pulau-pulau Banda Arc dicirikan oleh beberapa event. Event pre-rift dicrikan dengan pengendapan sedimen kontinen pada half-graben, rift event dicrikan dengan adanya pengangkatan, erosi, dan
volkanisme lokal, event drift
dicirikan dengan adanya subsidence
dan pengendapan sedimen laut terbuka, dan sebuah event tumbukan (collision) berumur Neogen. Perbedaan
yang mendasar antara setiap pulau hanyalah waktu dan durasi dari event-event individual tektonik dan
stratigrafi.
Sedimentasi pada buton di kontrol oleh 4
tektonik event :
1. Pre-Rift Perm
sampai Akhir Trias
Pengendapan
dari sedimen kontinental pada half-graben,
dicirikan dengan adanya pengangkatan, erosi, dan vulkanisme lokal. Terjadi
penurunan dan pengendapan sedimen laut terbuka diikuti dengan neogen collision. Pada lapisan berumur trias di intrusi dike batuan beku dan menandakan awal
dari rifting, pembentukan patahan ekstensional, dan regional subsidence.
- Rift-Drift Akhir
Trias sampai Oligosen
Periode transisi menuju pada lingkungan laut terbuka dengan sedimentasi
pada pasif margin terjadi pada pertengahan sampai akhir Jura hasil pengendapan
klastik-klastik syn orogenic pada
cekungan neogen merupakan hasil dari erosi dan sesar naik yang berarah timur
akibat pengangkatan lapisan berumur Trias sampai Oligosen.
- Syn dan Post
Orogenic awal Miosen sampai Pliosen terjadi subduksi, kompresi, dan
deformasi hingga pertengahan Miosen pada bagian selatan menghasilkan
pengangkatan dan erosi dari klastik-klastik syn orogenic berumur awal Miosen sehingga terbentuk unconformity secara regional.
Collision dari Pulau Buton-Muna tidak mempengaruhi bagian utara Pulau
Buton sampai pertengahan Miosen. Pada akhir pertengahan Miosen sampai
akhir Miosen terjadi obduksi sehingga menghasilkan ketidakselarasan atau unconformity. Setelah pertengahan
Miosen terjadi sistem sesar geser utama (Kioko) yang memapaskan sedimen
dari dua lingkungan yang berbeda. Pada lima juta tahun yang lalu terjadi
perubahan deformasi dan gaya struktural yang disebabkan oleh zona subduksi
Buton terhadap Muna serta Buton terhadap Tukang Besi. Collision antara
Buton dengan Tukang Besi terekam pada lapisan berumur akhir Pliosen,
collision oblique ini menghasilkan pergerakan strike-slip dan dip-slip yang
mengakibatkan pengangkatan dan subsidence
lokal (Chamberlain et al.,1990; Fortuin et al., 1990) hingga saat ini.
- Resen Orogenic, selatan Buton sekarang
mengalami pengangkatan sedangkan utaranya mengalami penurunan (de Smet et
al., 1989). Mikrokontinen Buton pada saat ini juga mengalami transpressive
strike-slip terhadap mikroplate Tukang Besi dan Muna, lempeng Buton
bergerak ke arah utara. Orientasi en-echelon
wrench fault dengan orientasi timur laut yang berhubungan dengan
antiklin pada selat Buton mengindikasikan bahwa terjadi pengaktifan
kembali paleo suture zone, pergerakan utamanya sinistral strike-slip.
STRUKTUR GEOLOGI
Struktur geologi umumnya
merupakan struktur antiklin dan sinklin serta beberapa struktur sesar yang
terdiri atas sesar naik dan sesar normal, serta sesar mendatar.
Struktur antiklin-sinklin berarah Baratdaya-Timurlaut hingga Utara-Selatan.
Struktur ini hampir mempengaruhi seluruh formasi dimana terlihat bahwa seluruh
formasi yang ada mengalami pelipatan dengan sudut kemiringan lapisan batuan di
bagian timur relatif lebih terjal dibanding dengan di bagian barat.
Sesar mendatar umumnya dijumpai di bagian selatan dan memotong Formasi
Winto, Formasi Tondo, dan Formasi Sampolakosa. Arah sesar mendatar umumnya
tegak lurus terhadap sumbu lipatan yaitu Baratlaut-Tenggara. Sedangkan sesar
normal merupakan struktur yang terbentuk paling akhir sebagai struktur patahan
sekunder.
Berdasarkan data gravity regional
dan orientasi timur laut-barat daya sesar naik yang berumur awal Miosen
menunjukkan bahwa selatan pulau Buton mengalami rotasi 450 searah
jarum jam. Waktu daripada rotasi belum dapat ditentukan tetapi kemungkinan
disebabkan oleh kompresi pada pertengahan Miosen yang disebabkan tumbukan dari
Buton-Muna/SE Sulawesi. Titik tumpuan atau rotasi berada pada di laut gian timur
Buton pada Kulisusu Bay.
![]() |
Gambar 4. Tectonic Setting Of Eastern Indonesia |
![]() |
Gambar 5. Skema Tektonik Jurassic-Resen / Perkembangan Model
Pengendapan Pulau Buton Bagian Selatan
|
![]() |
Gambar 7. Collision History of the Buton, Tukang Besi, and Muna,
Southeast Sulawesi. Nolan et al. (1989) in Davidson (1991)
|
KLASIFIKASI CEKUNGAN
Berdasarkan
posisi subduksi plateform Tukang Besi
terhadap Buton, Cekungan Buton termasuk ke dalam Fore Arc Basin.
EmoticonEmoticon