REGIONAL
Cekungan
Kutai dibatasi oleh Paternoster platform, Barito Basin, dan Pegunungan Meratus
ke selatan, dengan Schwaner Blok ke barat daya, lalu Tinggian Mangkalihat di
sebelah utara - timur laut, dan Central Kalimantan Mountains (Moss dan
Chambers, 1999) untuk barat dan utara
(Gambar 2.1).
Cekungan Kutai memiliki sejarah yang kompleks (Moss et al., 1997), dan
merupakan satu - satunya cekungan Indonesia yang telah berevolusi dari internal
rifting fracture/foreland basin ke marginal-sag.. Sebagian besar produk awal
pengisi Cekungan Kutai telah terbalik dan diekspos (Satyana et al., 1999), pada
Miosen Tengah sampai Miosen Akhir sebagai akibat dari terjadinya tumbukan /
kolusi block Micro Continent.
Dari
peristiwa ini menyebabkan adanya pengangkatan cekungan, perubahan sumbu
antiklin dan erosi permukaan yang mengontrol sedimentasi pada Delta Mahakam.
Delta Mahakam terbentuk di mulut sungai Mahakam sebelah timur pesisir pulau
Kalimantan. Dengan garis pantainya berorientasi arah NE-SW dan dibatasi oleh
Selat Makasar, selat yang memisahkan pulau Kalimantan dan Sulawesi.
STRATIGRAFI REGIONAL CEKUNGAN KUTAI
Satyana
et all, 1999 dalam An Outline Of The Geology Of Indonesia, 2001 melakukan
penelitian dan menyusun stratigrafi Cekungan Kutai dari tua ke muda sebagai
berikut :
1)
Formasi Beriun
Formasi
Beriun terdiri dari batulempung, selang seling batupasir dan batugamping.
Formasi Beriun berumur Eosen Tengah – Eosen Akhir dan diendapkan dalam
lingkungan fluviatil hingga litoral.
2)
Formasi Atan
Diatas
Formasi Beriun terendapkan Formasi Atan yang merupakan hasil dari pengendapan
setelah terjadi penurunan cekungan dan pengendapan padaFormasi Beriun. Formasi
Atan terdiri dari batugamping dan batupasir kuarsa. Formasi Atan berumur
Oligosen Awal.
3)
Formasi Marah
Formasi Marah
Diendapakan secara selaras diatas Formasi Atan. Formasi Marah terdiri dari
batulempung, batupasir kuarsa dan batugamping berumur Oligosen Akhir.
4)
Formasi Pamaluan
Diendapkan
pada kala Miosen Awal hingga Miosen Akhir di lingkungan neritik, dengan ciri
litologi batulempung, serpih, batugamping, batulanau dan sisipan batupasir
kuarsa. Formasi ini diendapkan dalam lingkungan delta hingga litoral.
5)
Formasi Bebulu
Diendapkan
pada kala Miosen Awal hingga Miosen Tengah di lingkungan neritik. Ciri litologi
Formasi Bebulu adalah batugamping.
6)
Formasi Pulubalang
Formasi
Pulubalang diendapkan selaras di atas Formasi Pamaluan, terdiri dari atas
selang-seling pasir lanauan dengan disipan batugamping tipis dan batulempung.
Umur dari formasi ini adalah Miosen Tengah dan diendapkan pada lingkungan sub
litoral, kadang-kadang dipengaruhi oleh marine influx . Formasi ini
mempunyai hubungan menjari dengan Formasi Bebulu yang tersusun oleh batugamping
pasiran dengan serpih
7)
Formasi Balikpapan
Formasi
Balikpapan diendapkan secara selaras di atas Formasi Pulubalang. Formasi ini
terdiri dari selang seling antara batulempung dan batupasir dengan sisipan
batubara dan batugamping di bagian bawah. Data pemboran yang pernah dilakukan
di Cekungan Kutai membuktikan bahwa Formasi Balikpapan diendapkan dengan sistem
delta, pada delta plain hingga delta front . Umur formasi ini Miosen
Tengah – Miosen Akhir.
8)
Formasi Kampungbaru
Formasi
Kampung Baru ini berumur Mio-Pliosen, terletak di atas Formasi Balikpapan,
terdiri dari selang-seling batupasir, batulempung dan batubara dengan disipan
batugamping tipis sebagai marine influx . Lingkungan pengendapan formasi
ini adalah delta.
9)
Formasi Mahakam
Formasi
Mahakam terbentuk pada kala Pleistosen –sekarang. Proses pengendapannya
masih berlangsung hingga saat ini, dengan ciri litologi material lepas
berukuran lempung hingga pasir halus.
STRUKTUR GEOLOGI REGIONAL CEKUNGAN KUTAI
Seperti
halnya beberapa cekungan di Asia Tenggara lainnya, half graben terbentuk selama
Eosen sebagai akibat dari fase ekstensional atau pemekaran regional (Allen dan
Chambers, 1998). Pemekaran ini merupakan manifestasi tumbukan sub lempeng Benua
India dengan lempeng Benua Asia yang memacu pemekaran di sepanjang rangkaian
strike-slip fault dengan arah baratlaut-tenggara (NW-SE) yang merupakan
reaktifasi struktur sebelumnya, yaitu sesar Adang- Lupar dan sesar Mangka.
Cekungan ini
mulai terisi endapan sedimen transgresif pada kala Eosen Akhir hingga Oligosen.
Kemudian diikuti oleh sekuen regresif pada kala Miosen Awal yang merupakan
inisiasi kompleks Delta Mahakam saat ini. Proses progadasi Delta Mahakam
meningkat dengan sangat signifikan pada kala Miosen Tengah, yaitu ketika
tinggian Kuching di bagian Barat terangkat dan inversi pertama terjadi.
Progradasi tersebut masih berlangsung hingga saat ini. Inversi Kedua terjadi pada
masa Mio-Pliosen, ketika bagian lempeng Sula-Banggai menabrak Sulawesi dan
menghasilkan mega shear Palu-Koro.
Pembentukan
dan perkembangan struktur utama yang mengontrol sub Cekungan Kutai Bawah erat
kaitannya dengan proses tektonik Inversi Kedua, yaitu struktur-struktur geologi
dengan pola kelurusan arah timurlaut-baratdaya (NNE-SSW). Menurut Allen dan
Chambers, (1998) pola ini dapat terlihat pada struktur umum yang tersingkap di
Cekungan Kutai saat ini, yaitu berupa jalur sesar-sesar anjakan dan kompleks
rangkaian antiklin /antiklinorium.
Perkembangan
struktur lainnya adalah pola kelurusan berarah baratlauttenggara (NW-SE),
berupa sesar-sesar normal yang merupakan manifestasi pelepasan gaya utama yang
terbentuk sebelumnya. Sesar-sesar ini terutama berada di bagian utara cekungan,
memotong sedimen berumur Miosen Tengah dan bagian lain yang berumur lebih tua.
Tatanan
tectonic cekungan kutai dapat diringkas sebagai berikut :
·
Awal Synrift (Paleosen ke Awal Eosen): Sedimen tahap ini terdiri
dari sedimen aluvial mengisi topografi NE-SW dan NNE-SSW hasil dari trend
rifting di Cekungan Kutai darat. Mereka menimpa di atas basemen kompresi Kapur
akhir sampai awal Tersier berupa laut dalam sekuen.
·
Akhir Synrift (Tengah sampai Akhir Eosen): Selama periode ini,
sebuah transgresi besar terjadi di Cekungan Kutai, sebagian terkait dengan
rifting di Selat Makassar, dan terakumulasinya shale bathial sisipan
sand .
·
Awal Postrift (Oligosen ke Awal Miosen): Selama periode ini,
kondisi bathial terus mendominasi dan beberapa ribu meter didominasi oleh
akumulasi shale. Di daerah structural shallow area platform karbonat berkembang
·
Akhir Postrift (Miosen Tengah ke Kuarter): Dari Miosen Tengah dan
seterusnya sequence delta prograded secara major berkembang terus ke laut
dalam Selat Makassar, membentuk sequence Delta Mahakam, yang merupakan bagian
utama pembawa hidrokarbon pada cekungan. Berbagai jenis pengendapan delta on
– dan offshore berkembang pada formasi Balikpapan dan Kampungbaru,
termasuk juga fasies slope laut dalam dan fasies dasar cekungan. Dan juga hadir
batuan induk dan reservoir yang sangat baik dengan interbedded sealing shale.
Setelah periode ini, proses erosi ulang sangat besar terjadi pada bagian sekuen
Kutai synrift.
EmoticonEmoticon