Cekungan Tarakan, sesuai namanya berada di sekitar Pulau Tarakan.
Pulau Tersebut secara geografis terletak di daerah Tarakan, dan Sekitarnya,
Provinsi Kalimantan Timur, sekitar 240 km arah Utara – Timur Laut dari
Balikpapan. Secara geologis pulau ini terletak di bagian tengah dari Cekungan
Tarakan yang merupakan bagian dari NE Kalimantan Basin (Gambar 1).
Pada
dasarnya, wilayahnya Cekungan NE Kalimantan terbagi menjadi 4 grup Sub
cekungan: Sub Cekungan Tidung, Sub Cekungan Berau, Sub Cekungan Muara, dan Sub
Cekungan Tarakan.
Cekungan
Tarakan berada pada bagian Utara dari Pulau Kalimantan.Luasnya mencapai 68.000
km2. Secara umum, bagian Utara dari cekungan ini dibatasi oleh
paparan Mangkaliat, di bagian Timur dibatasi oleh Laut Sulawesi dan dibagian
Barat dibatasi oleh Central Range Complex.
Gambar 1.
Peta Lokasi Cekungan Tarakan
Cekungan
Tarakan dapat dibagi menjadi beberapa sub-cekungan (Gambar2) yaitu :
1. Sub Cekungan Tidung
Sub
Cekungan ini terletak paling utara dan berada di darat meluas ke Sabah dan
berkembang pada kala Eosen Akhir sampai Miosen Tengah. Dipisahkan dari anak
Cekungan Berau disebelah selatannya oleh Punggungan Latong.
Terpisah dari Tarakan oleh Paparan Sebuku, antiklin dan sesar naik
berarah barat laut di sepanjang pantai dan dibatasi oleh sesar datar mengiri di
Sempoa utara.
2. Sub Cekungan Tarakan
Sub
Cekungan ini berkembang terutama pada daerah lepas pantai yang diisi oleh
endapan klastik tebal Plio-Pleistosen dengan pusat pengendapan disekitar Pulau
Bunyu dan Tarakan serta telah mengalami pinchout dan onlap ke
arah barat
dan
selatan.
3. Sub Cekungan Muara
Sub
Cekungan ini terletak di lepas pantai Tinggian Mangkalihat. Mempunyai pusat pengendapan
paling selatan, berkembang di lepas pantai. Dibatasi oleh sesar-sesar mendatar
sejajar berarah barat laut, sesar Mangkalihat dan Maratua, sedimen-sedimen retakan
dan passive margin, serta strukturisasi karbonat Oligosen-Recent pada
bagian postrift, yang merupakan batuan induk pada umur Eosen.
4. Sub Cekungan Berau
Sub
Cekungan Berau terletak dibagian paling selatan Cekungan Tarakan yang berkembang
dari Eosen sampai Miosen dan mempunyai sejarah pengendapan yang sama dengan Sub
Cekungan Tidung. Struktur yang dominan yang terdapat di pulau Tarakan ini
adalah patahan normal berarah Barat Laut hingga Utara dengan bidang patahan
miring ke Timur. Sebagian dari patahan ini merupakan patahan tumbuh (growth
fault) dengan antiklin (roll over).
Gambar 2. Sub Cekungan Tarakan (Tossin dan Kodir, 1996)
TEKTONIK
Cekungan
Tarakan memiliki variasi sesar, elemen struktur dan trend. Sejarah tektonik
cekungan Tarakan diawali denganfase ekstensi sejak Eosen Tengah yang membentuk
wrench fault dengan arah NW – SE serta berpengaruh pada proses perekahan selat
Makasar yang berhenti pada Miosen Awal. Fase tektonik awal ini merupakan fase pembukaan
cekungan ke arah timur yang diindikasikan dengan adanya enechelon block
faulting yang memiliki slope ke arah timur (Gambar 3).
Dari Miosen
Tengah hingga Pliosen merupakan kondisi yang lebih stabil dimana terendapkan
sedimen dengan lingkungan delta yang menyebar dari beberapa sistem pola
penyaluran dari barat ke timur. Contoh sungai yang memiliki hilir di daerah ini
yaitu sungai Proto-Kayan, Sesayap, Sembakung dan beberapa lainnya. Pada fase
ini cekungan mengalami subsidence akibat gravitasi beban dari endapan delta
yang semakin banyak, sehingga terbentuk sesar listrik. Pertumbuhan struktur
sesar disini mengindikasikan bahwa terjadi proses penyebaran endapan delta ke
arah barat yang menjadi lebih sedikit dan mulai terendapkan karbonat. Pada
bagian cekungan yang mengarah ke timur tersusun atas endapan delta yang tebal,
yang berasosiasi dengan sesar normal syngenetik (sesar normal yang terbentuk
bersamaan dengan pengendapan).
Fase akhir
tektonik pada cekungan ini yaitu proses kompresi yang terjadi pada Plio –
Pleistosen Akhir akibat dari kolisi lempeng Filipina dengan lempeng Borneo /
Kalimantan Timur. Hal ini mengaktifkan kembali struktur yang telah ada
dan membalikkan arah beberapa patahan gravitasional. Akan tetapi gaya yang
lebih kuat berada pada bagian utara cekungan dimana endapan Miosen dan Plosen
menjadi terlipat dan terpatahkan dengan arah NW – SE hingga WNE – ESE. Pada
bagian timur cekungan, fase kompresi ini membentuk struktur yang tinggi karena
material endapan bersifat plastis sehingga membentuk antiklin Bunyu dan
Tarakan.
Dari fase tektonik tersebut dipercaya bahwa deformasi yang terbentuk sejak awal proses tektonik merupakan pengontrol utama pembentukan cebakan hidrokarbon di cekungan Tarakan.
Gambar 3.
Tatanan Tektonik Cekungan Tarakan (Modifikasi BEICIP,1985)
GEOLOGI
REGIONAL STRATIGRAFI DAN SEDIMENTASI
Cekungan
Tarakan tersusun oleh batuan berumur Tersier yang diendapkan di atas batuan
dasar berumur PraTersier. Dinamika sedimentasi pada cekungan Tarakan diawali
pada umur Eosen, pada awalnya Cekungan Tarakan merupakan wilayah daratan yang
mengendapkan Formasi Sembakung – Formasi Sujau. Pada Oligosen terbentuk pola
pengendapan transgresi yang didominasi oleh klastik kasar dan juga batuan
karbonat (Formasi Seilor). Perkembangan sistem transgresi berlangsung terus
hingga diendapkan sedimen halus (Formasi Nainputo) dan di beberapa tempat
diendapkan batugamping terumbu (Formasi Tabular). Selanjutnya terjadi regresi
hingga Cekungan mengalami pengangkatan, dan kemudian terendapkan sedimen
klastik kasar yang sumbernya disebut sebagai Central Range Complex
(LEMIGAS, 2006).
Lingkungan
pengendapan berupa delta yang kompleks dan membentang dari Barat ke Timur
(Formasi Latih / Meliat). Formasi Tabul berada di sebelah Timur dyang merupakan
bagian Prodeltas yang tersusun atas fasies batulempung. Pada Miosen akhir,
terjadi pengangkatan di tinggian Kuching, sehingga mengangkat bagian Utara dari
Cekungan Tarakan. Dan pada Pliosen terbentuk lingkungan delta kembali dan diendapkan
Formasi Tarakan.
Stratigrafi
dari cekungan tarakan, dari tua ke muda adalah sebagai berikut:
Formasi Sembakung
Batuan Tersier Awal terdiri atas Formasi Sembakung, yang menindih
tak
selaras
batuan alas Kapur Akhir, terdiri atas batuan silisiklastik karbonatan dari
lingkungan laut litoral hingga laut dangkal pada kala Eosen.
Formasi
Sujau
Formasi Sujau terdiri dari sedimen klastik (konglomerat dan
batupasir), serpih, dan volkanik. Klastika Formasi Sujau merepresentasikan
tahap pertama pengisian cekungan “graben like” yang mungkin terbentuk
sebagai akibat dari pemakaran Makassar pada Eosen Awal.
Litologi
penyusun berupakonglomerat, batupasir, volkaniklastik dengan ketebalan 1000
meter. Struktur geologi yang berkembang sangatlah kompleks dan mengakibatkan
daerah ini terlipat kuat.
Formasi
Seilor
Batugamping mikritik dari Formasi Seilor diendapkan secara selaras
di atas Formasi Sujau dan Formasi Mangkabua yang terdiri dari serpih laut dan
napal yang berumur Oligosen menjadi penciri perubahan suksesi ke basinward.
Formasi Mangkabua
Pada formasi
ini terjadi perubahan progradasional dari formasi Seilor (micrite limestone)
menjadi batunapal yang tebal dan masif. Terdapat Nummulites fichteli
(Marks, 1957) yang berumur Oligosen. Formasi ini tererosi intensif pada akhir
Oligosen karena proses tektonik berupa pengangkatan yang diakibatkan aktivitas
vulkanik.
EmoticonEmoticon