Sabtu, 16 Januari 2021

Terdampak Pandemi, Hanya 4 Smelter yang Beroperasi Tahun Ini

 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan sebanyak 4 proyek fasilitas pemurnian mineral (smelter) beroperasi pada tahun ini. Ditargetkan sebanyak 53 smelter rampung dalam kurun 2023-2024.



Pemerintah terus berupaya agar pembangunan smelter sesuai dengan amanat Undang-Undang Minerba yakni paling lambat di 2023.

Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin mengatakan sebanyak 19 smelter telah beroperasi hingga 2020 kemarin. Dia menargetkan 4 smelter beroperasi pada tahun ini menjadi 23 smelter. Kemudian bertambah 5 smelter di 2022 menjadi 28 smelter.

"Terus mencapai puncaknya di 2023-2024 sebanyak 53 smelter," kata Ridwan di Kantor Ditjen Minerba, Jumat (15/1).

Ridwan menerangkan ada sejumlah pembangunan smelter sedikit bergeser dari rencana semula akibat pandemi Covid-19. Hanya saja Ridwan tidak menjelaskan seperti apa perubahan rencana kerja yang dimaksud. 

Dia hanya menegaskan batas waktu penyelesaian smelter masih sesuai dengan amanat Undang-Undang Minerba. "Di akhir 2023 semua smelter harus terbangun dan beroperasi," tegasnya.

Di tempat yang sama, Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Yunus Saefulhak menambahkan, terdapat 23 proyek smelter yang mengajukan revisi rencana kerja. Dia tidak merinci perusahaan apa saja yang menyampaikan perubahan tersebut.

Yunus hanya menyebut smelter bauksit, nikel dan tembaga. "Hampir semua terkena dampak Covid-19 sebanyak 23 smelter," ujarnya.

Yunus mengungkapkan 4 smelter yang beroperasi pada tahun ini mayoritas menggarap nikel. Smelter yang dimaksud yakni PT Antam Tbk di Tanjung Buli, Halmahera Timur.

Kemudian PT Cahaya Modern Metal Industri di Cikande, Serang dan PT SNI di Cilegon, Banten. Sementara satu smelter lagi menggarap timbal yakni PT Kapuas Prima Coal di Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. "Jadi ada 4 smelter yang beroperasi di 2021," ujarnya.


sumber: republika.coid


EmoticonEmoticon